Life is never flat, try the best of yours and you will get the best result. Never give up!

Sunday 11 September 2011

Pembentukan Karakter Masyarakat Sulsel Berbasis Kearifan Lokal

Karakter masyarakat Makassar sangat kuat dengan nilai-nilai kearifan lokal yang terangkum dalam Siri' na Pacce. Hanya saja, terjadi split personality atau kepribadian yang terbelah, sehingga melahirkan radikalisme.

DEMIKIAN terungkap dalam tudang sipulung bertema "Pembentukan Karakter Masyarakat Sulsel Berbasis Kearifan Lokal" yang digelar di lantai dua Fajar Graha Pena, Jumat, 9 September. Diskusi yang dipandu Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulsel, H Zulkifli Gani Ottoh tersebut, bertabur banyak tokoh. Dari pembicara hadir, Komisaris Utama PT Media Fajar, HM Alwi Hamu, Ary Ginanjar Agustian (Pendiri ESQ Leadership Center), H Agus Arifin Nu'mang (Wakil Gubernur Sulsel), dan Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Sulsel, Brigjen Pol Syahrul Mamma.
Sementara dari undangan tampak hadir beberapa akademisi, ekonom, budayawan, pengusaha, politisi, juga mahasiswa. Dari akademisi, hadir Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM), Prof Dr Arismunandar, Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI), Prof Dr Hj Masrurah Mokhtar, Rektor Universitas Islam Makassar (UIM) Dr Majdah M Zain, Pembantu Rektor IV Universitas Hasanuddin, Prof Dwia Aries Tina NK.
Dari ekonom hadir Prof Halide, dan Dr Hamid Paddu, dari budayawan hadir Rahman Arge, dan Ishak Ngeljaratan. Dari pengusaha hadir Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulsel Zulkarnaen Arief, serta Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sulsel, La Tunreng. Bupati Pangkep, H. Syamsuddin A Hamid juga tampak hadir bersama anggota DPRD Maros, Akbar Hendra, juga Ketua Komisi Informasi Publik (KIP) Sulsel H Aswar Hasan.

Mantan Wapres, HM Jusuf Kalla yang dijadwalkan hadir batal karena kurang enak badan. Moderator Zulkifli Gani Ottoh menyampaikan, ketidakhadiran JK bukan tanpa alasan. Berdasarkan penyampaian ke panitia, kata Zugito, sapaan akrab Zulkifli Gani Ottoh, JK sedang terserang flu sehingga kurang fit untuk berbicara dalam diskusi tersebut.
Pada kesempatan tersebut, Ary Ginanjar Agustian juga mengaku prihatin dengan anarkisme di Sulsel. Dia merilis foto-foto aksi demonstrasi di Sulsel yang berujung anarkis. Menurutnya, kondisi tersebut sudah di atas demo, bukan lagi unjuk rasa. "Saya bisa membayangkan ketika mereka menjadi pemimpin ke depan, apa yang akan terjadi dengan bangsa kita. Generasi seperti ini lahir karena apa yang terjadi di masa lalu. Generasi itu terus lahir, bergulir dan terus bertambah. Itu pembentukan karakter, pembentukan attitude. Kita tidak bisa tinggal diam, karena cucu kita akan lahir di sini," tegas Ary.
Dia juga memaparkan data tentang pengguna narkotika, yang setiap tahun meningkat satu juta. Juga merilis berita dari media online tentang pergaulan bebas, di mana setelah pengumuman lulus ujian Mei 2011 lalu, kondom di beberapa apotek di Jakarta langsung habis. "Pasti ada yang salah dalam pendidikan kita. Ibarat gunung es, kata, perbuatan, dan pikiran itu yang diajarkan di kelas, tapi perasaan dan hati tidak diajarkan di dalam kelas, justru diambil alih media televisi," ujarnya.
Makassar, lanjut Ary, memiliki keistimewaan dibanding yang lain. Makassar, sebut Ary, adalah gen pelaut, dan memiliki energi yang besar, yakni siri yang tidak hanya bisa memiliki arti rasa malu, tapi lebih kepada pride atau harga diri. "Ketika hati dan pikiran terpisah, lahirlah radikalisme. Intelektual, emosional, dan spritual harus disatukan. Makassar akan menjadi daerah hebat di dunia, jika bisa menyatukan lempu, warani atau getteng, dan acca. Siri adalah inner potential, jika diterapkan maka Makassar akan menjadi manusia nomor satu di dunia. Tapi sekarang, komponen siri' ini sekarang terbelah-belah. Kita butuh pakar yang bisa menata ini," paparnya.
Ary mengaku sudah lama keliling Indonesia termasuk dunia untuk membangun uranium spritual, dan ternyata uranium spritual terbesar, kata dia, ada di Sulsel.
Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nu'mang menjadi pembicara pertama. Menurutnya, potret anarkisme dalam setiap aksi demonstrasi di Makassar, berdampak pada jebolan mahasiswa Makassar yang hendak mencari kerja di Jakarta. Mereka, sebut  Agus, susah diterima karena citra jelek yang sudah melekat dalam tubuh mahasiswa. "Kita jangan menyalahkan siapa-siapa. Untuk memperbaikinya, kita harus turun tangan dari semua stakeholder. Tidak ada artinya tanpa keterlibatan stakeholder," jelas Agus yang mewakili Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo yang sedang berada di Yogyakarta untuk menghadiri hajatan pernikahan Putra Irjen Pol Johny Waenal Usman yang menjabat Kapolda Sulsel.
Mahasiswa, lanjut Agus, berhak untuk melakukan aksi demonstrasi karena tuntutan alam demokrasi. Hanya saja, yang tidak bisa ditolerir kata Agus, adalah demo yang ditunggangi untuk kepentingan tertentu, seperti demo bayaran. "Juga kadang aksi demonstrasi itu karena persoalan dari luar Sulsel dan mereka berdemo di fly over. Karena demonya di Sulsel meski isunya persoalan di luar Sulsel, tayang juga di running text televisi nasional bahwa demo terjadi di Sulsel," ungkapnya.
Wakapolda, Brigjen Pol Syahrul Mamma pada kesempatan tersebut menjelaskan, setelah reformasi banyak perubahan akibat globalisasi. "Dulu waktu kita kecil, tidak pernah berani memanggil dengan panggilan tidak sopan kepada orang yang lebih tua. Saat ini ada pergeseran karakter, itu karena pascareformasi, digaungkan HAM, juga reformasi hukum," beber Syahrul.
Polri sendiri, sambung Syahrul, setelah 2002 melakukan reformasi di tubuh Polri, bagaimana menyelesaikan permasalahan sesuai civil society. Tugas pokok Polri, lanjut dia, ada tiga, memelihara Kamtibmas, pengayom dan pelindung masyarakat, serta penegakan hukum. Namun, kata dia, sering terjadi benturan antara tugas sebagai pengayom dan pelindung masyarakat dengan tugas penegakan hukum.
Komisaris PT Media Fajar, HM Alwi Hamu melihat peranan terbesar untuk menciptakan citra positif sebuah daerah ada pada media. Menurutnya, peranan media sangat dibutuhkan untuk menurunkan derajat kekerasan. "Di luar negeri saya lihat banyak menganut good news is good news dan itu saya kira harus diterapkan di sini. Kalau ada aksi demosntrasi berujung anarkisme, tidak usah diekspos besar-besaran. Karena dia peristiwa, memang harus diberitakan, tapi jangan diliput besar-besaran. Untuk mahasiswa, ospek yang berbau kekerasan sebaiknya diganti dengan pelatihan Emotional Spritual Question (ESQ). Saya sudah menerapkannya di Nitro, dan hasilnya luar biasa," beber Alwi.
Sumber : Fajar News by Aswad Syam

Related Post



No comments:

Post a Comment