SIKAP BARU DENGAN MENGHORMATI BAHASA PENERIMA
(PEMBACA TERJEMAHAN)
Beberapa kesulitan dasar dalam penerjemahan injil dapat diketahui melalui fakta bahwa seringkali orang-orang memiliki sedikit kesalahan dalam memandang pembaca terjemahan seperti halnya dengan sumber bahasa. Sebab itu, untuk menghasilkan text yang tujuannya adalah kesamaan respon, penerjemah seringkali harus merubah cara mereka memandang bahasa di saat mereka bekerja. Hal ini tidak selalu termasuk perubahan dalam bersikap yang cenderung menempatkan sumber bahasa sebagai pemujaan teologi dan tunduk terhadapnya dalam ketundukan buta. Tapi seringkali membutuhkan sedikit pemikiran kembali yang radikal terhadap sikap kepada penerima bahasa (pembaca), bahkan jika hal itu masih dalam bahasa ibu.
Setiap bahasa memiliki keunikan tersendiri
Hal yang paling utama, adalah pentingnya untuk mengetahui bahwa setiap bahasa memiliki keunikan tersendiri. Dimana, setiap bahasa pasti memiliki karakteristik khusus yang memberikan sebuah karakter yang special, contohnya, kapasitas pembentukan kata, pola yang unik dari aturan penyusunan kata, teknik untuk menghubungkan clausa kedalam kalimat, tanda baca dan bentuk tanda baca dari puisi, peribahasa, dan lagu. Masing –masing bahasa kaya akan kosa kata bergantung pada kebudayaan, kepiawaian orang-orang contoh, sapi perah (Anuaks di sudan), ubi (Ponapeans di Micronesia) berburu dan menangkap ikan (Piros di Peru), atau teknologi (dunia barat). Beberapa bahasa kaya akan kata – kata pengandaian. Yang lain sepertinya diadaptasi khusus didalam perkembangan bahasa kiasan, dan masih banyak lagi sumber kekayaan sastra, baik yang tertulis maupun lisan.
Untuk berkomunikasi secara efektif seseorang harus menghormati keunikan dari setiap bahasa.
Daripada mempermasalahkan kekurangan beberapa segi dalam bahasa, seseorang harus menghormati karakteristik dari pembaca dan mengoptimalkan potensialitas bahasa sejauh atau seluas mungkin. Sayangnya, pada beberapa instansi penerjemahan telah mencoba untuk merubah bahasa. Sebagai contoh, salah seorang missionaries di Amerika latin bersikeras untuk memasukkan kata kerja pasif voice kedalam bahasa yang tidak mengenal bentuk seperti itu. Tentu saja hal itu tidak berhasil. Seseorang harus benar – benar menerima kenyataan bahwa banyak bahasa yang tidak mempunyai kata kerja pasif. Mereka selalu memilih untuk menyampaikan suatu tindakan hanya dengan kata – kata aktif.<>
Daripada memaksa struktur formal suatu bahasa ke bahasa lain, penerjemahan efektif lebih menyiapkan beberapa perubahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan bentuk tata bahasa khusus dari pembaca terjemahan.
Hal apapun yang dapat dikatakan dalam suatu bahasa dapat dikatakan dalam bahasa lain, kecuali bentuk atau pola yang merupakan elemen dasar dari sebuah pesan.
Bagi kebanyakan orang potensial dan kesamaan bahasa mungkin bagian yang paling diperdebatkan dalam penerjemahan. Dia tidak melihat bagaimana orang yang tidak mengetahui salju dapat mengerti sebuah pesan dalam injil yang berbunyi tentang “Seputih Salju”jika seseorang tidak mengenal salju, bagaimana mungkin mereka punya kata – kata seperti itu? Dan jika mereka tidak punya kata – kata untuk itu, lalu bagaimana injil dapat diterjemahkan? Jawaban pertanyaan seperti ini sangat kompleks dan bervariatif. Kondisi yang pertama, banyak orang mempunyai kata untuk salju, bahkan jika mereka tidak pernah mengalaminya secara langsung, untuk mereka yang telah mendengar kejadian tersebut. Kedua, di sisi lain yang berbeda, orang – orang yang tidak mengetahui salju, tapi mereka memiliki “embun beku” dan mereka berbicara mengenai keduanya tapi dengan maksud yang sama. Ketiga, banyak bahasa memiliki kesamaan idiom, contohnya “ putih seperti bulu bangau ,” atau “seputih jamur” (jika ada jamur khusus yang berwarna putih); atau mereka mungkin tidak menggunakan kiasan untuk mengungkapkan konsep “ Seputih Salju,” seperti “sangat, sangat putih.” Intinya adalah bahwa salju adalah objek tidak begitu penting dalam pesan.
Beberapa orang mungkin keberatan, meskipun, dan bersikeras bahwa tanpa adanya kata yang menggambarkan salju, penerjemahan tidak cukup memadai, untuk semua hal yang tidak dikomunikasikan, ketepatan arti dari sumber orisinalnya akan menyimpang. Tentu saja tidak ada komunikasi dalam satu bahasa sekalipun, meskipun dalam bahasa tunggal sekalipun ( Tak ada dua orangpun yang memahami kata dengan pemahaman yang persis sama.
Dan kita tentu saja tidak dapat mengharapkan ketepatan sempurna diantara beberapa bahasa. Kenyataannya kita tidak memiliki penerjemahan yang sempurna dari yahudi atau yunani kedalam bahasa inggris, dengan semua kekayaan kosa kata (lebih dari satu juta kata jika seluruh istilah teknis dimasukkan). Saat kata yahudi “hesed” di terjemahkan kedalam bahasa inggris seperti “kasih sayang – kebaikan hati,” atau “ ikatan cinta” masih ada yang tak dapat diterjemahkan, untuk kata Hebrew menyiratkan semua semua bentuk kesetiaan antara satu dan yang lain dalam struktur sosial dan dukungan diantara kepala suku dengan pengikutnya, sebuah hubungan sedikit aneh untuk kita dan hampir tak terpikirkan oleh banyak orang. Seperti halnya, saat ajaran John menggunakan bahasa yunani logos,”kata” pada pendahuluan, tidak ada kata dalam bahasa inggris yang benar – benar yang dapat menerjemahkan kedalam variasi dan kekayaan makna seperti halnya didalam bahasa yunani.
Meskipun harus diakui, bahwa jika bentuk pesan yang diekspresikan adalah bagian penting dari penerjemahan tersebut. Ada sebuah batas khusus dalam mengkomunikasikan makna dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Hal ini biasanya tidak mungkin dapat menghasilkan makna yang sama, sebagai contoh, didlam pasal ketiga kita John, Jesus berkata “angin” dan “jiwa”. Dalam satu kata bahasa Yunani, pneuma, memiliki arti keduanya. Hasil ini sangat bermain penting dalam katakata, tapi tidak terdapat didalam bahasa inggris. Hal terbaik yang dapat kita lakukan dalam situasi seperti itu adalah menggunakan catatan kaki untuk menarik perhatian pembaca pada kenyataan bahwa dari sumber bahasanya, kedua kata tersebut memiliki arti yang sama
Dengan cara yang sama, kita tidak dapat menghasilkan irama dari puisi yahudi, keistimewaan susunan kata dari puisi puisi, dan frekuensi kesengajaan aliterasi. Dalam kondisi ini bahasa saling bertolak belakang, jadi kita harus bersiap untuk mengorbankan keindahannya demi makna dari terjemahan
Untuk menjaga keaslian isi dari terjemahan bentuk terjemahan harus diubah
Jika semua bahasa berbeda bentuk (dan hal ini adalah esensi dari perbedaan bahasa), maka hal biasa untuk mengubah bentuk jika ingin mempertahankan makna atau isinya. Sebagai contoh, dalam kitab Mark 1:4, yunani menggunakan sedikit pembentukan kata,” pembaptisan penyesalan” tapi terjemahkan kedalam bahasa inggris hasilnya sangat tidak menyampaikan makna dari tulisan aslinya. Kebanyakan orang benar – benar tak dapat menggambarkan dengan jelas apa hubungan antara “baptis” dan penyesalan. Apalagi, dalam persentase bahasa, bentuknya mengekspresikan peristiwa (kedua “baptis” dan penyesalan sebagai kejadian, bukannya objek) di ekspresikan lebih sebagai kata kerja, dari pada kata benda. Bahkan di Yunani kata benda hanyalah meminilisasai atau mengadaptasi dari apa yang terjadi Acts 2:38 dalam bentuk verbal, dinamakan, “menyesal lalu dibaptis” dalam bahasa yang tidak membutuhkan hal seperti itu diekspresikan sebagai kata kerja atau normalnya menggunakan kata kerja dari pada prase kata benda, tidak hanya benar, tapi esensinya, bahwa bentuk nominal dari prase bahasa Yunani dirubah dalam bentuk ekspresi verbal yang cocok.
Sejauh mana bentuk harus diubah dalam rangka melestarikan makna akan tergantung pada jarak linguistik dan budaya antara bahasa. Cukup alami transisi termudah (yang dengan jumlah terakhir perubahan formal), terjadi ketika seseorang menerjemahkan dari bahasa seperti bahasa Inggris ke dalam bahasa Jerman, atau Fante ke Ashanti, erat terkait bahasa. Selain itu, Inggris dan Jerman merupakan pengaturan budaya yang sama umum, teknologi Barat, dan Fante dan Ashanti merupakan pengaturan budaya yang sama, Afrika Barat. Di sisi lain, jika seseorang menerjemahkan dari bahasa Inggris ke Hungaria, atau dari Hausa ke Fulani, pergeseran formal lebih besar, karena Hongaria tidak anggota dari cabang Jermanik dari keluarga Indo-Eropa bahasa, melainkan milik yang sama sekali berbeda keluarga, Finno-Ugrian, dan Hausa dan Fulani milik pengaturan dasar budaya yang sama. Oleh karena itu, pergeseran tidak begitu ekstrim.
Namun, jika kita harus menerjemahkan dari bahasa Inggris ke Hindi, perubahan formal yang lebih besar dari dari Bahasa Inggris ke Hungaria, karena meskipun bahasa Inggris dan Hindi milik keluarga Indo-Eropa yang sama bahasa, konteks budaya, termasuk banyak perbedaan dunia melihat, begitu beragam bahwa pola struktur formal, baik gramatikal dan leksikal, harus diubah lebih luas dalam rangka melestarikan konten. Akhirnya, dalam menerjemahkan dari bahasa seperti bahasa Inggris ke Zulu, yang termasuk keluarga Bantu apa yang disebut bahasa dan cukup mewakili budaya yang berbeda, modifikasi formal harus masih lebih ekstrim.
Simak
Baca secara fonetik
No comments:
Post a Comment